
Bunda PAUD Kabupaten Lamandau, Norol Latifah Rizky Aditya Putra, saat berinteraksi dengan murid di SKHN Nanga Bulik. Foto Istimewa
NANGA BULIK, TOVMEDIA.CO.ID – Rabu (1/10/2025) pagi yang cerah di Sekolah Khusus Negeri (SKHN) Nanga Bulik terasa lebih hangat dari biasanya. Senyum ceria anak-anak menyambut Bunda PAUD Kabupaten Lamandau, Norol Latifah Rizky Aditya Putra, yang datang dengan hati terbuka dan tangan yang ingin menggenggam lebih erat dunia pendidikan inklusif di daerahnya.
Kunjungan ini bukan sekadar seremonial. Di balik setiap sapa dan pelukan hangat yang ia berikan kepada anak-anak berkebutuhan khusus, tergambar jelas sebuah komitmen kuat: bahwa setiap anak, apapun latar belakang dan kebutuhannya, berhak atas ruang untuk tumbuh dan belajar.
“Anak-anak ini luar biasa. Mereka punya semangat belajar yang tak kalah dari anak-anak lainnya. Kita hanya perlu membuka jalan dan memberi dukungan yang tepat,” kata Norol penuh haru.
Tak hanya berinteraksi, Norol juga meninjau ruang kelas, menyimak cara guru mengajar, dan duduk berdiskusi langsung dengan para pendidik. Dari obrolan santai namun bermakna, muncul banyak cerita – tentang suka duka, harapan, dan tantangan menjadi pendidik di sekolah khusus.
“Dedikasi para guru di SKHN ini sungguh menginspirasi. Dengan penuh kesabaran dan kasih sayang, mereka membimbing anak-anak menemukan potensi terbaik dalam dirinya,” tutur Norol.
Ia mengaku, kunjungan ini membuka matanya lebih luas terhadap pentingnya membangun ekosistem pendidikan yang benar-benar inklusif – bukan hanya dalam kurikulum, tapi juga dalam sikap dan kesadaran sosial.
Menurut Norol, pendidikan inklusif bukanlah tugas satu pihak semata. Ini adalah kerja bersama, di mana keluarga, sekolah, pemerintah, dan masyarakat harus saling bergandeng tangan.
“Mewujudkan pendidikan yang inklusif berarti memastikan tidak ada satu pun anak yang tertinggal,” ujarnya tegas namun lembut.
Di akhir kunjungannya, Norol meninggalkan pesan penuh harapan. “Mari kita tumbuhkan kesadaran bahwa anak-anak berkebutuhan khusus bukan untuk dikasihani, tapi untuk diberdayakan. Mereka mampu, mereka bisa, dan mereka layak diberi panggung yang setara untuk bersinar.”
Sekolah Khusus Nanga Bulik hari itu tak hanya menerima kunjungan seorang pejabat daerah, tapi juga seorang ibu yang membawa harapan, cinta, dan keberpihakan nyata untuk pendidikan yang lebih manusiawi.
Editor: Frans Dodie