
Jesica Elsa P. L Administrasi Publik 2025 Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro
TOVMEDIA.CO.ID – Dalam kehidupan bermasyarakat, budaya antrean dan sikap sopan santun merupakan cerminan paling penting dalam karakter bangsa. Indonesia telah lama dikenal sebagai bangsa yang ramah, santun, dan penuh hormat. Ungkapan “senyum, sapa, dan salam” telah lama menjadi ciri khas masyarakat Indonesia. Namun seiring berjalannya waktu, nilai-nilai tersebut mulai memudar. Saat ini, tidak jarang kita meliat orang menyerobot antrean di tempat umum, berbicara dengan nada tinggi dan bahkan menunjukkan rasa tidak hormat kepada orang yang lebih tua. Situasi ini menunjukkan adanya pergeseran perilaku sosial yang membuatkan perhatian koletkif.
Budaya antre sebenarnya merupakan cerminan kedisiplinan dan penghormatan terhadap hak orang lain. Ketika seseorang bersedia menunggu giliran, mereka menunjukkan rasa hormat kepada orang lain dan kepatuhan terhadap aturan bersama. Namun, pada kenyataannya, banyak orang masih tidak sabar dan ingin dilayani terlebih dahulu. Pemandangan seperti ini sering terlihat di tempat umum, mulai dari halte bus, rumah sakit, hingga pusat perbelanjaan. Perilaku tidak tertib seperti ini menunjukan bahwa sebagian orang belum sepenuhnya memahami pentingnya disiplin sosial dalam kehidupan sehari-hari.
Etika dasar dalam mengentre seharusnya adalah datang tepat waktu janganlah datang terlambat ketika tidak ingin mendapatkan antrean belakang, hal ini tidak hanya merugikan diri sendiri, tetapi juga orang lain yang sudah mengantre dengan sabar. Antrelah berdasarkan urutan, patuhilah urutan antrean dengan baik, jangan serobot atau menyela orang yang sudah mengentre terlebih dahulu.
Beberapa manfaat dari mengantre seperti, meningkatkan efektivitas, antrean yang terstruktur dengan baik akan mempercepat proses pelayanan dan mengurangi waktu menunggu terlalu lama. Membangun rasa saling menghormati, menjaga etika dalam mengantre menunjukkan bahwa kita menghargai orang lain dan bersedia bekerja sama untuk menciptakan ketertiban. Antrean juga dapat mengjarkan untuk disiplin dan sabar, dua hal yang krsuial untuk pengembangan pribadi dan kemajuan masyarakat.
Salah satu penyebab utama menurunnya budaya antrean dan sopan santun adalah gaya hidup masyarakat modern yang serba cepat. Kebiasaan serba cepat seperti memesan makanan online tanpa disadari membuat orang kehilangan kesabaran saat menghadapi antrean atau situasi yang mengharuskan mereka menunggu langsung, sehingga menimbulkan ketidaksabaran dan rasa tidak hormat terhadap orang lain yang juga sedang menunggu.
Dampak dari hilangnya budaya antre dan sopan santun ini sangatlah merugikan. Hilangnya nilai ini dapat melemahkan rasa kebersamaan dan bahkan memicu diskriminasi misalnya, ketika kelompok tertentu merasa diabaikan dalam antrean publik. Secara sosial, dampaknya lebih dalam karena merusak ikatan antara individu dan kelompok.
Pendapat ini mendorong kita untuk mengevaluasi kembali pentingnya budaya antre sebagai bagian dari etika dan moralitas sosial. Antre bukanlah sekadar formalitas administratif, tetapi merupakan latihan nyata dalam menumbuhkan rasa hormat dan kesadaran sosial. Ketika budaya ini diterapkan dengan benar, tidak hanya menciptakan situasi yang lebih teratur dan nyaman, tetapi juga menumbuhkan masyarakat yang lebih manusiawi, peduli, dan beradab.
Untuk mencapai hal ini, diperlukan upaya bersama dari berbagai pihak keluarga, sekolah, pemerintah, dan masyarakat luas untuk mendidik dan menegakkan budaya antre dan sopan santun. Pendidikan dini tentang nilai-nilai dan penegakan aturan yang adil di ruang publik merupakan kunci untuk memastikan bahwa budaya antre tidak hilang seiring waktu. Dengan cara ini, kita tidak hanya menciptakan sistem yang efisien, tetapi juga membangun fondasi sosial yang kuat untuk kehidupan bersama yang harmonis dan saling menghormati.
Selain itu, budaya antrean turut berkontribusi dalam menciptakan suasana yang nyaman dan aman di ruang publik. Ketika semua orang sadar akan pentingnya menghormati giliran masing-masing, potensi konflik yang disebabkan oleh ketidak sabaran dan ketidakadilan dapat diminimalkan. Sebaliknya, kegagalan dalam mempertahankan budaya ini dapat memicu sikap egois dan ketidakharmonisan yang merugikan semua pihak.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk terus meningkatkan kesadaran bahwa antrean merupakan bagian dari etika yang mengajarkan nilai-nilai luhur seperti kesabaran, rasa hormat, dan keadilan. Melalui pendidikan yang konsisten dan contoh yang baik, budaya antrean dapat kembali menjadi norma yang dihormati dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menjaga dan melestarikan budaya antrean, kita tidak hanya menjaga ketertiban, tetapi juga membangun masyarakat yang lebih manusiawi dan beradab.
Oleh: Jesica Elsa P. L
Administrasi Publik 2025
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Diponegoro