
Gubernur Kalteng Agustiar Sabran bersama dengan Ketua TP PKK Provinsi Kalteng Aisyah Thisia Agustiar Sabran, larut dalam kegembiraan pertunjukan seni dan budaya dalam Huma Betang Night Volume 11, Sabtu (23/8/2025) malam, di Bundaran Besar Palangka Raya. Foto Istimewa
PALANGKA RAYA, TOVMEDIA.CO.ID – Lantunan musik dan tarian tradisional Dayak memeriahkan Bundaran Besar Palangka Raya, Sabtu malam (23/8/2025), dalam gelaran Huma Betang Night (HBN) Volume 11.
Acara ini menjadi semakin spesial dengan kedatangan para delegasi internasional dari seminar Pumpung Hai Borneo (The Great Borneo’s Assembly), yang mempertemukan perwakilan masyarakat Dayak dari berbagai wilayah, termasuk Sabah dan Sarawak, Malaysia.
Plt Sekda Provinsi Kalteng Leonard S Ampung, menyebut pertemuan ini sebagai wujud nyata dari semangat kebersamaan masyarakat Dayak. Dalam sambutannya, ia mengungkapkan rencana besar pembangunan Huma Betang raksasa berukuran 170 x 80 meter di Palangka Raya.
“Pembangunan ini akan menjadi simbol persatuan dan identitas kita. Diharapkan dapat selesai pada 2026-2027,” ungkapnya.
Leonard juga berharap, penyelenggaraan seminar internasional Pumpung Hai Borneo selanjutnya dapat dilaksanakan di Tumbang Anoi, Kabupaten Gunung Mas, sebagai penghormatan terhadap Perjanjian Damai bersejarah pada 1894.
HBN Volume 11 menjadi panggung bagi beragam pertunjukan seni, mulai dari penampilan Sanggar Seni Bawi Bahalap hingga tarian Kapakat Dayak DAD, yang mengisahkan sejarah Tumbang Anoi. Kemeriahan pun pecah saat Elka Alika Pijeh, seorang Putri dari Sabah, Malaysia, turut menyanyikan lagu dan menari bersama.
“Ini adalah bukti bersatu-padunya orang Dayak di Palangka Raya,” ujar Leonard.
Ia menambahkan bahwa fokus utama saat ini adalah penguatan sumber daya manusia agar masyarakat Dayak bisa menjadi “tuan rumah di rumahnya sendiri.”
Gelaran HBN ini dihadiri oleh tokoh-tokoh penting seperti Gubernur Kalteng Agustiar Sabran, Ketua TP PKK Kalteng Aisyah Thisia Agustiar Sabran, dan para pejabat setempat, menandakan dukungan penuh pemerintah terhadap pelestarian budaya Dayak dan penguatan persaudaraan lintas wilayah.
Editor: Frans Dodie